Kamis, 02 Juni 2011

SBY, Habibie dan Megawati Hadiri Peringatan Hari Pancasila

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) memperingati hari lahirnya Pancasila, Rabu, 1 Juni ini di kompleks MPR/DPR, Senayan, Jakarta. Selain sebagai lahirnya Pancasila, 1 Juni juga merupakan momen penting yang berisi pidato Bung Karno, presiden pertama RI, tentang ideologi Pancasila.

Peringatan kali ini menjadi berbeda karena selain diisi pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga akan ada sambutan dua mantan presiden RI, yaitu B.J. Habibie dan Megawati Soekarnoputri. Bagi Megawati sendiri, peringatan kali ini bukan hanya momentum bersejarah, tapi memiliki makna khusus yang jauh lebih dalam.

Sebab, 1 Juni dan Pancasila adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah hidup Soekarno. Meski ada yang menganggap undangan kepada Megawati kali ini memiliki makna politis, tak sedikit yang menganggap Mega pantas diberi panggung. Selain mantan presiden, Megawati adalah putri Sang Proklamator dan Ketua Umum PDI Perjuangan.

Peringatan kali ini mengundang sekitar 900 orang. Selain pejabat negara, gubernur, pimpinan partai, termasuk jajaran Kabinet Indonesia Bersatu jilid II, mantan wakil presiden juga diundang. Namun, baru dua mantan wakil presiden, yaitu Try Sutrisno dan Hamzah Haz, yang memastikan hadir. Presiden Yudhoyono dijadwalkan hadir pukul 09.40 WIB. Acara dimulai pukul 10.00 WIB hingga 12.00 WIB. (DOR)

Komentar:
Memperingati hari lahirnya Pancasila sangat baik untuk mengingatkan generasi muda akan perjuangan para pendiri bangsa yang tanpa pamrih berjuang untuk kebesaran nama NKRI jauh kedepan. Namun sayangnya kata "Pancasila" hanya pandai kita bincangkan, atau juga kita ucapkan begitu juga para pemimpin kita hanya pandai mengucapkannya saja. Padahal yang sangat penting adalah Pengamalan Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari. Pancasila atau pengamalannya dalam kehidupan sekarang ini hampir punah, terlebih pasca lengsernya Presiden Soeharto.
Betul pada jaman Ordebaru Pancasila di jadikan alat "Kekuasaan", yang tentunya ada baik dan buruknya, tetapi Pancasila itu tetap jati diri bangsa Indonesia, jadi terkait Pancasila-nya tidak salah. dan saya memperhatikan pemerintah kita sekarang ini dalam mempersatukan bangsa yang sangat kaya ini lebih mengedepankan nama "Partai" yang jika kita pahami lebih cenderung mengarah kepada kekuasaan kelompok. artinya tidak jauh berbeda dengan yang kepemimpinan yang lama.
Saya berharap pemerintah fokus memperhatikan Pancasila dalam ruang lingkup yang netral, dan memberikan pembelajaran pada setiap warganya melalui kurikulum pendidikan yang relevan dengan kehidupan sekarang ini. dan saya berharap pemerintah memberikan pendidikan pada warganya bukan hanya dalam bentuk pandai bicara saja, tetapi dalam bentuk yang nyata, walau mungkin bentuknya itu sederhana. karena saya melihat pemerintah sekarang ini mengajarkan rakyatnya seperti pepatah "anak di suruh nabung, orang tua utang". coba liat saja "rakyat di suruh naik kereta api agar Jakarta tidak  macet (itupun tidak mengapa jika memang pasilitas umum yang satu ini di berikan perhatian khusus sarana-prasarananya), tetapi pemerintah bagi-bagi mobil pada pejabat menteri". atau contoh lain pemerintah yang ada sekarang "orang lain di larang korupsi tetapi di dalam partainya sendiri ada korupsi (boleh korupsi)".
Haduh haduh gimana ini. Ya semoga yang akan datang bakal ada pemimpin yang cinta pada rakyatnya, dan bukan cuma di mulut aja, tapi perbuatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar