Sabtu, 06 Agustus 2011

Inilah Alasan Luka Hirosima & Nagasaki Tak Lekang Dimakan Waktu


Tanggal 6 Agustus ini, pada 66 tahun silam, terjadi serangan nuklir terparah di dunia, atau lebih dikenal tragedi bom atom Hirosima dan Nagasaki.

Kala itu, dua pesawat jenis boeing b-29 superfoster milik militer Amerika membawa bom atom yang disebut-sebut Little Boy. Kedua pesawat itu bertolak dari markas Amerika di Filipina, dan tepat pukul 09.00 bom mematikan itu dijatuhkan dari langit Hirosima. Seketika Hirosima luluhlantak. Bom atom ini membunuh sebanyak 140 ribu orang di Hiroshima.

Belum selesai menyelamatkan diri, warga Jepang kembali dihentakan oleh bom kedua, yang jatuh selang tiga hari kemudian atau tanggal 9 Agustus 1945. Kali ini senjata pemusnah massal itu dijatuhkan ke Nagasaki. Bom nuklir itu dinamakan Amerika sebagai Fat Man. Diberitakan, 80 ribu orang tewas.

Setelah dua bom atom itu meledak, mayoritas penduduk Hirosima dan Nagasaki tidak bisa bertahan hidup. Mereka terkena radiasi nuklir yang berujung pada kematian. Sebanyak 90 persen petugas medis tewas, diikuti dengan pengobatan yang tidak memadai.

Para hibakusha, sebutan mereka yang berusaha hidup, rata-rata mengalami pendarahan, leukimia, katarak dan tumor sebagai efek nuklir.

Tragedi pilu itu merupakan puncak dari Perang Dunia II. Serangan terparah selama peradaban dunia itu ditujukan kekaisaran Jepang oleh Amerika Serikat atas perintah Presiden Amerika Serikat Harry S Truman.

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, tragedi ini selalu diperingati oleh warga Jepang. Tahun ini, diberitakan Washington Post, peringatan tersebut dilakukan dengan seremoni pelepasan ribuan burung merpati.

Perdana Menteri Naoto Kan meletakan karangan bunga di Hiroshima Peace Memorial Park. Dia mengatakan, Pemerintah Jepang berjanji tidak akan pernah membiarkan kejadian itu akan terulang kembali. "Karena penderitaannya terus dirasakan pada generasi anak cucu," ucapnya.
sumber: international.okezone.com