Sabtu, 16 Juni 2012

Risalah Siang : Kereta tanpa kuda

Jawaban dari semua kepengapan di dunia transportasi Indonesia, lebih-lebih Jakarta. Tetapi mengapa teknoogi yang satu  ini  (kereta api) tidak pernah menjadi perhatian serius oleh pemerintah.  Kereta api bukan hanya menjadi solusi atas dari kemacetan, lebih jauh lagi kereta api menjadi penopang kemajuan ekonomi, budaya, teknologi, bahkan telah menjadi pemersatu sebuah bangsa (jalur kereta di pulau jawa, sumatra). Cina  telah mempersatukan bangsanya dari belahan selatan Cina sampai utara, yang jaraknya ribuan kilometer. Kenapa Indonesia belum tertarik juga?.

Deskripsi Metrotv. Boleh dikata, De-Facto hadirnya kereta api di Indonesia adalah mulai dibangunnya jalur rel kereta sepanjang 26 kilometer lintas Kemijen, Semarang hingga Desa Tanggung, Grobogan, Jawa Tengah. Yakni peresmian pembangunan rel oleh Gubernur Jenderal Belanda Mister Ludolph Anne Jan Wilt Baron Van De Beele, 17 Juni 1864 di Semarang, atas restu Ratu Wilhelmina di Belanda.

Sejarah kereta tanpa kuda merupakan kelanjutan dari perkembangan pesat alat transportasi yang diawali dengan penemuan roda. Bila kereta kuda hanya satu kereta, kemudian dibuat rangkaian kereta, serta berjalan di jalur tertentu dari besi atau rel. Kereta ini disebut lori kuda yang awalnya digunakan di kawasan pertambangan. Untuk penumpang, digunakan istilah lebih keren, yakni trem.

Link Video : http://www.metrotvnews.com/read/newsprograms/2012/06/16/12945/252/Risalah-Siang-Kereta-Tanpa-Kuda 

Jumat, 15 Juni 2012

Hebatnya shalat Malam di gambarkan oleh Rosulullah SAW.


“Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.” (QS : Al-Isro’ : 79).
 
“Dua kenikmatan yang sering dilalaikan oleh sebagian besar manusia yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang”. (HR. Bukhari).

”Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Sorga dengan selamat.” (HR Tirmidzi).

“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam” (HR. Muslim).

“Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun (ke langit dunia) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman : “Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” (HR Bukhari dan Muslim).

Pada sebuah hadis disebutkan, saat-saat dijabah (dikabulkannya doa) itu adalah 1/3 malam yang terakhir. ”Abu Muslim bertanya kepada sahabat Abu Dzar : “Diwaktu manakah yang lebih utama kita mengerjakan sholat malam?” Sahabat Abu Dzar menjawab : “Aku telah bertanya kepada Rosulullah SAW sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini.” Rosulullah SAW bersabda :?“Perut malam yang masih tinggal adalah 1/3 yang akhir. Sayangnya sedikit sekali orang yang melaksanakannya,” (HR Ahmad).